Jumat, 21 Februari 2014

Pangeran Antasari




PANGERAN ANTASARI
( 1849 – 1862 )
Pahlawan Pejuang Kemerdekaan
         Suatu pemerintahan yang tidak stabil akan mengundang pengaruh luar untuk melakukan intervensi. Keadaan pemerintahan yang tidak stabil itu ada kalanya sengaja diciptakan oleh pihak asing sebagai jalan untuk menguasai. Hal itu terjadi dengan kehadiran belanda di kerajaan banjar, Kalimantan. Strategi seperti itu dikenal dengan nama politik divide eiimpera ( memecah belah menguasai ) atau dikenal secara popular dengan nama “ politik adu domba “.
                                      


Tak ada kompromi
         Belanda sengaja mendukung Sultan Tamjid yang tidak disukai rakyat untuk naik tahta pada tahun 1859. Padahal yang lebih berhak menjadi sultan adalah Pangeran Hidayat. Pangeran Antasari sebagai salah seorang keturunan raja Banjarmasin yang dibesarkan diluar istana merasa prihatin dengan dengan situasi itu. Pilihan yang dibuat oleh pangeran yang dilahirkan pada tahun 1809 itu adalah mengusir Belanda dari kerajaan banjar tanpa kompromi. Pergantian kekuasan di istana menimbulkan keresahan di antara rakyat yang pada akhirnya menciptakan sikap anti belanda. Pangeran Antasari yang mengenal rakyat dari dekat memahami gejolak yang dirasakan rakyatnya. Oleh karena itu, ia mengadakan persiapan-persiapan untuk perlawanan terhadap Belanda. Dihimpunya kekuatan lewat kerja kerjasama dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, dan Kapuas. Niat pangeran itu untuk menyerang Belanda didukung secara penuh oleh rakyat dikawasan itu.
Pejuang Yang Gigih
        Pertempuran pertama melawan Belanda ini meletus mulai tanggal 18 April 1859 yang dikenal dengan nama perang Banjar. Antasari mendapat dukungan dari berbagai pihak sehingga pasukannya yang semula berjumlah 6.000 prajurit makin lama makin bertambah besar. Dukungan rakyat demikian besar itu sangat menyulitkan pemerintah Belanda.
        Meskipun perang sudah berlangsung empat belas tahun, tetapi Belanda berhasil mengalahkan perlawanan pangeran yang didukung rakyat itu. Upaya Belanda membujuk Antasari untuk berunding dengan memberi janji memberi tiagian kekuasan di kerajaan Banjar mengalami kegagalan. Dalam usia yang terus beranjak tua, pangeran ini melanjukan peperangan di kawasan Kalimantan Selatan & Tenggah. Suatu serangan besar-besaran telah direncanakan pada bulan Oktober 1862. Pasukan-pasukan telah disiapkan tetapi wabah penyakit cacar menyerang & melemahkan kesatuan itu bahkan merengut jiwa pemimpinya, pangeran Antasari. Ia meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober 1862 di Bayan Begak, Kalimantan Selatan, kemudian dimakamkan di Banjarmasin dengan gelar panembahan Amiruddin Khalifatul Mukmin. Dengan kematiannya itu, perlawanan terhadap Belanda makin lama makin surut dan akhirnya padam dengan sendirinya.  

0 komentar:

Posting Komentar

Site Search