This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 06 Maret 2014

sejarah KH. Hasyim Asy'Ari

 KH. HASYIM ASY' ARI

Pahlawan Pergerakan Nasional


Sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa ini telah menampilkan manusia-manusia terpilih yang telah menyedekahkan hidupnya untuk tanah air tercinta. Tidak bisa dihitung sudah berapa banyak harta benda, keringat, dan darah dikorbankan untuk mengusir penjajah yang ratusan tahun menghisap kekayaan Indonesia. Pengorbanan luar biasa yang pasti kita -generasi muda- akan sangat berdosa jika tidak menjadikannya sebagai inspirasi. Terlebih di jaman sekarang, dimana telah merajalela pragmatisme dan transaksi politik di hampir semua lini pergerakan, baik di lingkar penguasa maupun di organ-organ non-penguasa. Padahal saat itu, kakek-kakek kita yang telah berjuang mati-matian mengusir penjajah tak pernah berpikir hitung-hitungan maupun transaksi politik akan menjadi apa kelak ketika Indonesia merdeka, apakah akan mendapatkan jabatan atau lahan yang lebih luas untuk bisnisnya. Yang penting Indonesia merdeka, itu saja.

Dan diantara pejuang yang telah berjasa mengantarkan negeri ini menuju pintu kesejajaran dengan bangsa-bangsa lain di dunia adalah KH. Hasyim Asyari, seorang ulama kharismatik asal jawa timur yang juga pendiri organisasi massa terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Sosok KH. Hasyim Asyari begitu istimewa, karena beliau adalah salah satu pahlawan nasional yang memiliki kedalaman ilmu agama namun tetap menaruh perhatian yang luar biasa terhadap pergerakan kemerdekaan. Bisa dikatakan saat itu Kyai Hasyim merupakan seorang ulama nasionalis. Selain itu, Kyai Hasyim juga memiliki pemahaman keberagamaan menarik yang patut diteladani. Meskipun menuntut ilmu agama selama enam tahun lebih di Makkah, yang dikenal sebagai basis paham wahabbi, Kyai Hasyim tetap mencintai negeri ini beserta budaya dan kearifan lokal di dalamnya. Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan pemahaman wahabbiyang terkenal puritan dan menolak berbagai tradisi lokal.

Nasionalisme Kyai Hasyim dapat dilihat dari keseluruhan hidupnya yang dipersembahkan untuk kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Beliau ikut berjuang melawan penjajah dan tak mau bertekuk lutut pada kehendak mereka. Kyai Hasyim melarang para ulama lain mendukung Belanda ketika diserang Jepang dalam Perang Dunia II, bagi beliau haram hukumya berkongsi dengan penjajah karena penjajahan dalam bentuk apapun tidak dibenarkan dalam Islam. Selain itu, ulama yang memiliki nasab (garis keturunan) sampai ke Sunan Ampel hingga imam Ja’far Shadiq bin Muhammad Baqir ini juga tidak mau menuruti perintah Jepang untuk melakukanseikerei (membungkukkan badan ke arah Tokyo setiap pukul 07.00 untuk menghormati kaisar dan dewa matahari) yang membuat Jepang sangat marah dan kemudian menangkap dan memenjarakan beliau. Perlakuan jepang saat itu sangat kasar terhadap Kyai Hasyim, sampai-sampai jari tangan beliau patah dan tidak bisa digerakkan.

Dan yang paling fenomenal adalah fatwa jihad yang dikeluarkan Kyai Hasyim bersama ulama-ulama lain pada 22 Oktober 1945. Fatwa ini telah memberi legimitasi kepada para pejuang kemerdekaan untuk melawan tentara-tentara Belanda sehingga semangat para pejuang menjadi berlipat ganda. Sejarah mencatat ribuan orang telah berbondong-ondong memenuhi kewajiban jihadnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru seumur jagung. Peristiwa 10 November di Surabaya adalah bukti bahwa fatwa jihad tersebut sangat ampuh membakar keberanian suci para pejuang. Kyai Hasyim Asyari telah berhasil memformulasikan agama sebagai motivasi dasar sekaligus sumber legimitasi yang menggerakkan perjuangan melawan penindasan. Seandainya saja waktu itu Karl Marx (filsuf besar asal Jerman) masih hidup, mungkin ia akan menyesali pernyataannya tentang agama sebagai candu yang membuai dan menina-bobokan kaum tertindas agar tidak melakukan perlawanan.

Selain itu, kepedulian Kyai Hasyim Asyari terhadap tanah air juga diwujudkan melalui pendidikan agama yang memperkokoh semangat kebangsaan dan kemajuan. Sebagai seorang ulama yang lahir dan dibesarkan di lingkungan pesantren, Kyai Hasyim memiliki komitmen yang kuat di bidang pendidikan dan pemberdayaan umat. Ayahnya, Kyai Asyari merupakan pendiri Pesantren Keras (dinamakan demikian karena letaknya di Desa Keras, Jombang selatan). Di pesantren inilah Kyiai Hasyim muda mulai nyantri. Saat itu beliau dikenal sebagai santri yang sangat cerdas, rajin, dan ulet. Bahkan di usia 13 tahun, Kyiai Hasyim telah dipercaya ayahnya untuk mengajar di Pesantren Keras, meskipun sebagai guru pengganti. Setelah dewasa dan memiliki bekal ilmu yang mumpuni, beliau meneruskan perjuangan ayahnya dengan mendirikan Pesantren di dukuh Tebuireng, sebuah wilayah yang pada awalnya dikenal sebagai tempat orang-orang yang tidak mengerti agama dan berperilaku buruk. Masyarakatnya suka merampok, berjudi, dan berzina. Ketika dinasehati oleh keluarga dan teman-temannya agar mengurungkan niat membangun pesantren di daerah tersebut, beliau menolak dan berpendapat“Menyiarkan agama Islam ini artinya memperbaiki manusia. Jika manusia itu sudah baik, apa yang akan diperbaiki lagi daripadanya. Berjihad artinya menghadapi kesulitan dan memberikan pengorbanan. Contoh-contoh ini telah ditunjukkan Nabi kita dalam perjuangannya.”

Terbukti, seiring berjalannya waktu perjuangan Kyai Hasyim mulai menuai buah-buah keberhasilan. Tebuireng yang semula merupakan wilayah yang penuh dengan kemaksiatan berubah menjadi taman iman, ilmu, dan amal. Sebuah perubahan sosial yang sangat sulit ditandingi, terlebih pada masa sekarang. Selain itu jamaah yang didirikannya bersama para ulama lain, yaitu Nahdlatul Ulama, kini telah menjadi jamaah terbesar di Indonesia yang konsisten menegakkan dakwah Islam yang moderat, dengan berdasarkan pada prinsip persaudaraan (ukhuwah) dan toleran (tasamuh). Jika saja tidak ada Nahdlatul Ulama, kemungkinan besar Indonesia juga akan terjangkit virus keberagamaan yang vandal dan intoleran, seperti yang saat ini tengah dialami Pakistan, Afghanistan, Sudan, bahkan Mesir.

Jiwa patriotik dan kedalaman ilmu yang dimiliki oleh Kyiai Hasyim Asyari sudah sepatutnya menjadi contoh dan pegangan bagi kita -khususnya golongan muda- untuk lebih keras lagi dalam berjuang dengan tantangan yang khas di jaman ini. Komitmen, keberanian, dan konsistensi beliau merupakan nilai universal yang saat ini harus kita jadikan inspirasi untuk berjihad memberantas musuh-musuh negara sekaligus musuh agama, seperti korupsi, monopoli ekonomi, dan pembodohan publik.
 

Dokter Sutomo

                     DOKTER SUTOMO (1888-1938)

Dokter Sutomo yang semula bernama Subroto kemudian berganti nama menjadi Sutomo lahir di desa Ngepeh, Jawa Timur, pada tangggal 30 Juli 1888. Pada waktu belajar di STOVIA (Sekolah Dokter) ia sering bertukar pikiran dengan pelajar-pelajar laintentang penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Terkesan oleh saran dr. Wahidin untuk memajukan pendidikan sebagai jalan untuk membebaskan bangsa  dari penjajahan, pada tanggal 20 Mei 1908 para pelajar STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia. Sutomo diangkat menjadi ketuanya. Tujuan organisasi itu ialah memajukan pengajaran dan kebudayaan.


Setelah lulus dari STOVIA tahun 1911, Sutomo bertugas sebagai dokter, mula-mula di Semarang, sesudah itu ia dipindahkan ke Tuban. Dari Tuban dipindahkan ke Lubuk Pakam (Sumatera Timur) dan akhirnya ke Malang. Waktu bertugas di Malang, ia membasmi wabah pes yang melanda daerah Magetan. Sering berpindah tempat itu ternyata membawa manfaat. Ia semakin banyak mengetahui kesengsaraan rakyat dan secara langsung dapat membantu mereka. Sebagai dokter, Sutomo tidak menetapkan tarif. Adakalanya si pasien dibebaskan dari pembayaran.
Kesempatan memperdalam pengetahuan di negeri Belanda diperoleh dr. Sutomo pada tahun 1919. Setibanya kembali di tanah air, ia melihat kelemahan yang ada pada Budi Utomo. Waktu itu sudah banyak berdiri partai politik. Karena itu, diusahakannya agar Budi Utomo bergerak dibidang politik dan keanggotaannya terbuka buat seluruh rakyat.
Pada tahun 1924 Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah pimpinan Sutomo PBI cepat berkembang. Sementara itu, tekanan-tekanan dari pemerintah Belanda terhadap pergerakan nasional semakin keras. Karena itu, pada bulan Desember 1935 Budi Utomo dan PBI digabungkan menjadi satu dengan nama Partai Indonesia Raya (Parindra). Sutomo diangkat menjadi ketua. Parindra berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka.
Selain bergerak di bidang politik dan kedokteran, dr. Sutomo giat pula di bidang kewartawanan dan memimpin beberapa buah surat kabar. Ia meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 30 Mei 1938 dan dimakamkan disana. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 657 Tahun 1961, tanggal 27 Desember 1961, ia diangkat menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Jumat, 21 Februari 2014

Pangeran Antasari




PANGERAN ANTASARI
( 1849 – 1862 )
Pahlawan Pejuang Kemerdekaan
         Suatu pemerintahan yang tidak stabil akan mengundang pengaruh luar untuk melakukan intervensi. Keadaan pemerintahan yang tidak stabil itu ada kalanya sengaja diciptakan oleh pihak asing sebagai jalan untuk menguasai. Hal itu terjadi dengan kehadiran belanda di kerajaan banjar, Kalimantan. Strategi seperti itu dikenal dengan nama politik divide eiimpera ( memecah belah menguasai ) atau dikenal secara popular dengan nama “ politik adu domba “.
                                      


Tak ada kompromi
         Belanda sengaja mendukung Sultan Tamjid yang tidak disukai rakyat untuk naik tahta pada tahun 1859. Padahal yang lebih berhak menjadi sultan adalah Pangeran Hidayat. Pangeran Antasari sebagai salah seorang keturunan raja Banjarmasin yang dibesarkan diluar istana merasa prihatin dengan dengan situasi itu. Pilihan yang dibuat oleh pangeran yang dilahirkan pada tahun 1809 itu adalah mengusir Belanda dari kerajaan banjar tanpa kompromi. Pergantian kekuasan di istana menimbulkan keresahan di antara rakyat yang pada akhirnya menciptakan sikap anti belanda. Pangeran Antasari yang mengenal rakyat dari dekat memahami gejolak yang dirasakan rakyatnya. Oleh karena itu, ia mengadakan persiapan-persiapan untuk perlawanan terhadap Belanda. Dihimpunya kekuatan lewat kerja kerjasama dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, dan Kapuas. Niat pangeran itu untuk menyerang Belanda didukung secara penuh oleh rakyat dikawasan itu.
Pejuang Yang Gigih
        Pertempuran pertama melawan Belanda ini meletus mulai tanggal 18 April 1859 yang dikenal dengan nama perang Banjar. Antasari mendapat dukungan dari berbagai pihak sehingga pasukannya yang semula berjumlah 6.000 prajurit makin lama makin bertambah besar. Dukungan rakyat demikian besar itu sangat menyulitkan pemerintah Belanda.
        Meskipun perang sudah berlangsung empat belas tahun, tetapi Belanda berhasil mengalahkan perlawanan pangeran yang didukung rakyat itu. Upaya Belanda membujuk Antasari untuk berunding dengan memberi janji memberi tiagian kekuasan di kerajaan Banjar mengalami kegagalan. Dalam usia yang terus beranjak tua, pangeran ini melanjukan peperangan di kawasan Kalimantan Selatan & Tenggah. Suatu serangan besar-besaran telah direncanakan pada bulan Oktober 1862. Pasukan-pasukan telah disiapkan tetapi wabah penyakit cacar menyerang & melemahkan kesatuan itu bahkan merengut jiwa pemimpinya, pangeran Antasari. Ia meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober 1862 di Bayan Begak, Kalimantan Selatan, kemudian dimakamkan di Banjarmasin dengan gelar panembahan Amiruddin Khalifatul Mukmin. Dengan kematiannya itu, perlawanan terhadap Belanda makin lama makin surut dan akhirnya padam dengan sendirinya.  

Selasa, 18 Februari 2014

Sejarah Sultan Ageng Tirtayasa

                                     SULTAN AGENG TIRTAYASA
                              ( 1631 - 1683 )
                           Pahlawan Perjuang 
                                Kemerdekaan
        Banten memang sudah pantas menjadi propinsi sendiri, mengingat sejak sejak dulu kala banten merupakan pelabuhan perdagangan yang ramai. sejak jatuhnya malaka ke tangan portugis pada tahun 1511. perkembang pesat banten berkat dukungan dari kerajaan-kerajaan di pantai utara laut jawa, seperti demak & jepara. bahkan sejarah banten dapat ditelusuri lewat kehadiran Faletehan ( Fatahillah ) yg kemudian dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. kehadiran VOC dijawa, termasuk banten sebenarnya hanya mencari beras untuk ditukarkan dengan komoditi rempah-rempah yg laku keras di pasar Eropa. lama-kelamaan, perhatian VOC beralih dari Indonesian Timur ke pulau Jawa.

Asal Mula Batavia
                     Belanda dengan banten tidak dapat dilepaskan dari berdirinya kota Batavia yg dirintis oleh Jan Pieterszoon Ceon yg semula berpangkat kepala Tata Buku kongsi  dagang VOC di Banten, kemudian di Batavia. berkat taktik VOC yg licik & curang dalam kerajaaan Banten terjadi perbedaan pendapat antara para pangeran dikerajaan. pangeran Mangkubumi yg menjadi wali sultan yg masih kanak-kanak lebih dekat ke VOC sedangkan pangeran Jayakarta yg berkedudukan di daerah yg sekarang mejadi kota Jakarta lebih dekat pd orang Eropa selain Belanda, seperti inggris & prancis. orang-orang Eropa itu saling berebut pengaruh di kawasan Banten. pangeran Jayakarta & orang Eropa lainnya dengan restu wali Raja Banten disingkirkan Belanda. sejak saat itu Batavia sebagai Benteng & pusat kekuatan VOC terus berkembang.

Banten Berperang Melawan VOC
       hubungan antara Banten & VOC yg semula baik perlahan berubah sejak naiknya Sultan Banten Abu'I Fath Abdulfattah yg lebih dikenal sebagai Sultan Ageng Tirtayasa yg naik tahta pd tahun 1661. sultan ini tidak menyukai Kompeni Belanda. Belanda dalam pandanganya hanya penghalang perdagangan Banten. pd tahun-tahun awal kepemimpinannya, ia berhasil memebangun kembali kekuatan perdagangan kerajaan itu. sultan Ageng Juga mengadakan penyerangan-penyeragan dengan gerilya terhadap Batavia lewat darat & laut.
               2 kapal kompeni pd tahun 1666 dirampas oleh Banten & perkebunaan tebu milik kongsi dagangan itu dirusak. raja pun tidak bersedia menerima  utusan VOC sehingga orang-orang Belanda yg berada di Banten merasa tidak aman. mereka secara diam-diammeningalkan kerajaan itu. ketika tidak ada lagi orang Belanda di Banten, VOC memblokir pelabuhan Banten sehingga merugikan perdagangan Banten . Sultan terpaksa mendekati Belanda untuk mengadakan perundingan. perundingan itu berlangsung sangat ketat karena Belanda tetap mempertaahankan keinginaaan  perdagangan monopoli di maluku & malaka yg sulit di terima oleh Banten. akhirnya disepakati  bahwa Belanda tetap mengadakan perdagangan dengan Maluku & membayar ganti rugi kepada Banten. perdagangan Banten, berkat usaha Sultan Ageng Tirtayasa, berkembang pesat dengan persia, surat, mekkah, koromandel, Benggala, siam, Cina. dalam perdagangan luar negeri itu sultan banyak di bantu oleh Inggris & Denmark.

Konfrontasi Dengan Sultan Haji
                keadaaan tenang itu berakhir pada tahun 1676 ketika putra sulungnya kembali dengan gelar Sultan Haji yg sangat pro-Belanda ketegangan denga kompeni memuncak ketika pada tahun 1680 dengan berakhirnya perang Trunojoyo, sultan haji. pada tanggal 27 Febuari 1682 istana sultan haji di Surosowan di serbu pasukan Banten. dengan bantuan Belanda, sultan haji berhasil mempertahankan diri dengan semua syarat yang diajukan Belanda bahwa semua orang Eropa harus meningalkan Banten. pada bulan AGUSTUS 1682 sultan haji menandatagani perjanjiaan yang mengakui kekuasan kompeni Belanda. sultan Ageng yang sudah terdesak terus melancarkan perlawanan hingga pada tahun 1683, pada tahun itu juga ia di tangkap & wafat di penjara. Jenazah pejuang sahid ini dimakamkan di kompleks pemakaman Raja-raja Banten yaitu di sebelah utara Masjid Agung Banten.

Rabu, 12 Februari 2014

sejarah bung karno

Kisah Masa Kecil Bung Karno Yang Bandel dan Tidak Pintar

19 Desember 2011 pukul 6:34
Bung Karno orang yang pintar, pandai, cerdik, cerdas… dan kata lain yang menggambarkan betapa tingginya tingkat intelegensianya. Melihat rentetan 26 gelar doktor honoris causa yang ia terima sepanjang hidupnya… membaca karya-karya tulisnya… mendengar pidato-pidatonya… susah sekali menyangkal pernyataan di atas.

Tapi lain cerita jika kita menguak sejarah masa kecil Sukarno, tatkala ia masih bernama Koesno. Sejak umur tiga tahunan, Koesno dititipkan ke rumah kakek-neneknya di Tulungagung, Jawa Timur. Sang kakek, Raden Hardjodikromo secara ekonomi tidak bisa dibilang mampu, tetapi masyarakat Tulungagung begitu menghormatinya.

Bukan saja karena ia memiliki kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit berkat laku-tirakat khas masyarakat Kejawen. Lebih dari itu, dalam menjalani kehidupan sosial, tampak Hardjodikromo muncul sebagai pinisepuh yang tuntas dalam menjalani laku batinnya. Ia gemar sekali menolong sesama. Jika tidak dengan kemampuannya mengobati orang sakit tanpa pamrih, maka ia gemar berbagi petuah dan pitutur yang berguna bagi sesama.


Koesno datang dalam keadaan kurus-kering. Setelah “disuwuk” sang kakek, Koesno menjadi bagas-waras. Lincah dan gesit sebagai anak-anak. Di bawah asuhan sang kakek yang begitu memanjakannya, Koesno hadir sebagai anak kecil yang bengal, bandel, dan tidak pintar di sekolah.


Dari usia empat tahun, Koesno sudah disegani kawan-kawannya bermain. Bukan lantaran sifatnya yang nekad menantang maut, tetapi karakter bersahabat yang tulus yang memancar dari sorot matanya yang begitu indah berpendar-pendar. Tak jarang, ketika Koesno dan teman-temannya bermain panjat pohon, Koesno dengan lincah dan gesit segera merangsek ke dahan paling atas. Dahan terkecil yang begitu ringkih dan bisa menghempaskannya ke tanah sewaktu-waktu.

Jika Koesno sudah berada di pucuk pohon, teman-temannya hanya bisa melongo…. Tidak paham dengan keberanian Koesno yang melampaui batas kenekatan seorang anak seusianya.

Di sekolah? Ah… jangan tanya. Gurunya sering dibuatnya kesal. Koesno jarang sekali menyimak pelajaran. Ia asyik melamun atau menggambar. Temasuk, manakala satu per satu anak diminta ke papan tulis menuliskan soal yang ditanyakan guru, Koesno paling beda. Bukan huruf demi huruf yang ia ukir di papan, melainkan gambar tokoh pewayangan yang begitu dikaguminya: Bima atau Wrekodara. Lengkap dengan kuku pancanaka, gelung sinupiturang yang angker, dan matanya yang bulat tajam.

Site Search