PANGERAN
ANTASARI
( 1849 –
1862 )
Pahlawan
Pejuang Kemerdekaan
Suatu pemerintahan yang
tidak stabil akan mengundang pengaruh luar untuk melakukan intervensi. Keadaan
pemerintahan yang tidak stabil itu ada kalanya sengaja diciptakan oleh pihak asing
sebagai jalan untuk menguasai. Hal itu terjadi dengan kehadiran belanda di
kerajaan banjar, Kalimantan. Strategi seperti itu dikenal dengan nama politik
divide eiimpera ( memecah belah menguasai ) atau dikenal secara popular dengan
nama “ politik adu domba “.
Tak ada kompromi
Belanda sengaja mendukung Sultan
Tamjid yang tidak disukai rakyat untuk naik tahta pada tahun 1859. Padahal yang
lebih berhak menjadi sultan adalah Pangeran Hidayat. Pangeran Antasari sebagai
salah seorang keturunan raja Banjarmasin yang dibesarkan diluar istana merasa
prihatin dengan dengan situasi itu. Pilihan yang dibuat oleh pangeran yang
dilahirkan pada tahun 1809 itu adalah mengusir Belanda dari kerajaan banjar
tanpa kompromi. Pergantian kekuasan di istana menimbulkan keresahan di antara
rakyat yang pada akhirnya menciptakan sikap anti belanda. Pangeran Antasari
yang mengenal rakyat dari dekat memahami gejolak yang dirasakan rakyatnya. Oleh
karena itu, ia mengadakan persiapan-persiapan untuk perlawanan terhadap
Belanda. Dihimpunya kekuatan lewat kerja kerjasama dengan kepala-kepala daerah
Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, dan Kapuas. Niat pangeran
itu untuk menyerang Belanda didukung secara penuh oleh rakyat dikawasan itu.
Pejuang Yang Gigih
Pertempuran pertama melawan Belanda ini
meletus mulai tanggal 18 April 1859 yang dikenal dengan nama perang Banjar.
Antasari mendapat dukungan dari berbagai pihak sehingga pasukannya yang semula
berjumlah 6.000 prajurit makin lama makin bertambah besar. Dukungan rakyat
demikian besar itu sangat menyulitkan pemerintah Belanda.
Meskipun perang sudah berlangsung empat
belas tahun, tetapi Belanda berhasil mengalahkan perlawanan pangeran yang
didukung rakyat itu. Upaya Belanda membujuk Antasari untuk berunding dengan
memberi janji memberi tiagian kekuasan di kerajaan Banjar mengalami kegagalan.
Dalam usia yang terus beranjak tua, pangeran ini melanjukan peperangan di
kawasan Kalimantan Selatan & Tenggah. Suatu serangan besar-besaran telah
direncanakan pada bulan Oktober 1862. Pasukan-pasukan telah disiapkan tetapi
wabah penyakit cacar menyerang & melemahkan kesatuan itu bahkan merengut
jiwa pemimpinya, pangeran Antasari. Ia meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober
1862 di Bayan Begak, Kalimantan Selatan, kemudian dimakamkan di Banjarmasin
dengan gelar panembahan Amiruddin Khalifatul Mukmin. Dengan kematiannya itu,
perlawanan terhadap Belanda makin lama makin surut dan akhirnya padam dengan
sendirinya.
0 komentar:
Posting Komentar